Demokrasi Kapitalistik versus Kedaulatan Rakyat
Oleh Rahiman Sabirin ( sekjen Lampung Berhimpun)
Demokrasi yang sedang bergerak cepat di Indonesia cendrung dinilai sebuah lompatan demokrasi dari rentetan demokrasi yang terjadi sebelumnya. Bahkan lebih ekstrim dipandang sebuah keberhasilan Indonesia modern. Benarkah demikian. Sejak berlakunya demokrasi terpimpin kita saksikan masyarakat kita juga sengsara, meski sedikit eksis di bidang politik tapi relative terjadinya campur tangan asing di republic ini. Rezime soekarno dengan lantang menyuarakan Demokrasi terpimpin selama beberapa tahun saja, kemudian diganti demokrasi Pancasila dibawah rezime Soeharto yang berlangsung lebih tiga dasawarsa. Selama demokrasi pancasila Rakyat juga belum merasakan secara sempurna refleksi dari sebuah kemerdekaan dan kehidupan mereka berubah sedikit saja.
Terjadinya reformasi pada permulaan diharapkan akan membawa perubahan fundamental dalam kehidupan masayrakat, prediksinya meleset juga, yang terjadi kemudian oleh sebagain analis menilai bahwa keadaan sekarang jauh lebih buruk dari keadaan sebelumnya. Pandangan yang sangat optimis melihat jalannya demokrasi di negeri ini telah samapi pada kesim[pulan bahwa telah terjadi loncatan sejarah Indonesia yang tiada taranya mengalahkan para kampium demokrasi sekalipun. Indonesia telah dinilai telah menajadi model negara ketiga paling demokratis di dunia. Peniliaan ini langsung dilontarkan para master mind democratic. Bukankah ini adalah sebuah isapan jempol untuk memuji-muji para elite politik negeara ini karena telah patuh kepada para designer demorasi ini?. Sebagaian lagi ada yang juga ekstrim menilai bahwa di negara kita sedang terjadi kapitalistik demokrasi, dimana para pemilik modal/ capital lah yang mendisign model, bentuk dan proses kemana demokrasi ini berjalan. Kapital akan menentukan seluruh mekanisme pasar lanjut George soros, dia akan melewati seluruh batas-batas negara, birokrasi, sistem ekonomi, rezim mata uang dan yang tersisa adalah sistem politik. Karena tidak ada rezim politik Global.
Siapakah yang menikmati Demokrasi Kapitalistik
Para elit politik, pemuka masayrakat, Tokoh NGO dan elit lokal adalah golongan yang sangat diuntukkan oleh demokrasi kapitalistik. Rezim lokal ini yang menjadi penikmat dari proses berlangsungnya demokrasi selama era keterbukaan. Sulit untuk mematahkan argument bahwa demokrasi tidak membawa manfaat besar kepada kelompok elit semata. Melalui proses demokrasi yang berjalan, tanpa duga seseorang bisa berubah kehidupannya dan meningkat kesejahteraannya secara drastic, apakah melalui manipulasi jabatan , mark up anggaran, dramatic poltik, tradik politik, dan sederatan jurussan mabuk yang dimainkan. Hal ini adalah syah dalam frame demokrasi kapitalitik. Seseorang dengan susah payah mengeluarkan anggaran besar-besaran untuk mendapatkan suara pemilih kemudian terpilih menduduki sebuah jabatan strategis. Adalah juga syah kemudian mereka juga oleh otak untuk cepat-cepat mengembaklukan dana sponsor baik dalam imbalan proyek, imbalan politik. Yang menjadi korban disi adalah rakyat sang pemilih. Dimana mereka mengkuras energi menanti janji-janji politik, selama masa lima tahun ada berpa waktu yang tersisa untuk memikirkan rakyat. Jelaslah bawha rakyat tidak masuk kategori yang menjadi pemikiran utama, tetpai adalah ikon-ikon yang memenangkann mereka selama permainan. sumber : http://lampungberhimpun.com
Leave a comment